Member of PPI Dunia 2019-2020

Gelar Seminar Nasional "Mengupas Hakekat Pergerakan Liberalisme di Indonesia", PPI Sudan Hadirkan Dr. Hamid Fahmi Zarkasy


Kebangkitan Islam bermula ketika abad ke 14. Hal ini membuat negara-negara barat takut akan kehilangan kedaulatannya. Hal itu juga terbukti tatkala kuantitas muslimin di Eropa semakin bertambah. Belum lagi Bosnia yang menjadi negara muslim, Chechnya yang mendapatkan otonomi khususnya, dan fenomena-fenomena lainnya.

Barat pun melakukan propaganda seperti kejadian 911 di Amerika Serikat. Fitnah tersebar bahwa Islam lah yang bertanggungjawab dibalik kejadian tersebut. Amerika pun mendapat legitimasi untuk melawan terorisme dengan berbagai cara. Liberalisasi, Westernisasi, dan Globalisasi adalah 3 gerakan utama mereka untuk memerangi Islam.

Guna meningkatkan wawasan Mahasiswa di Sudan terkait liberalisme, Persatuan Pelajar Indonesia di Sudan (PPI Sudan) bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor di Sudan (IKPM Sudan) menggelar Seminar Nasional dengan tema "Mengupas Hakekat Pergerakan Liberalisme di Indonesia," pada hari Jum'at (24/2), di Aula KBRI Khartoum, Sudan.

Seminar nasional ini dihadiri oleh kurang lebih 150 mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang ada di Sudan. Seminar ini menghadirkan langsung pembicara Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi. M.A., M.Phil. Direktur Institut for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ini juga menjadi pembicara dalam acara bedah buku Misykat, pada Kamis (23/2) di tempat yang sama.

"Liberalisme lahir di abad 18 untuk memisahkan manusia dari tatanan moral, supranatural, bahkan tuhan dari intelektual. Inilah paham yang dianut orang-orang barat. Liberalisme juga menghapus hak-hak tuhan," papar beliau.

"Hasil dari liberalisme akhirnya orang-orang mengakui adanya tuhan, namun tuhan yang mereka akui adalah tuhan yang sudah diset oleh manusia. Sehingga muncul doktrin kebebasan yang memperbolehkan manusia untuk beragama maupun tidak.

"Kuasai Turats, dan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits. Lakukan logika modern dan postmodern sebagaimana pemikiran mereka sendiri," pesan pria yang merupakan putra ke-9 dari pendiri pesantren Gontor, KH Imam Zarkasyi.

Tidak ada komentar